Sabtu, 31 Juli 2010

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

 
Cooferative  learning telah lama dikembangkan oleh parah ahli sebagai alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran, terutama mentraspormasikan model pembelajaran yang berpusat pada guru kepada pembelajarn yang berpusat pada peserta didik. Model ini menkankan  efektivitas pembelajaran pada keterlibatan peserta didik pada proses belajar. Dalam model pembelajara kooperatif peran guru adalah memberikan dorongan pada peserta didik untuk kerja sama dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran yang didesain dengan dukungan materi dan sumber pembelajaran. Materi  pembelajaran diorganisir dalam bentuk masalah yang menuntut untuk dapat dipecahkan melalui kerja sama dalam belajar.  Peserta didik dapat dapat sacara bersama menyelesaikan pemecahan masalah, dengan memungkinkan mereka saling belajar sesuai dengan prinsif pembelajaran bersama temana sabaya ( peer teaching).
Johnson ( Suwarma : 2007: 166), “ Cooperative adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagi suatu tim untuk mencapai tujuan bersama.” Sedangkan cooferative learning  artinya belajar bersama-sama, saling membantu antara yang satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Mohamad Nur (2005:1-2) pembelajaran kooperatif merupakan   strategi   pembelajaran  di   mana   siswa   bekerja  dalam kelompok-kelompok  kecil  yang  beranggotakan  siswa  yang  berbeda kemampuannya,   jenis   kelamin   bahkan   latar   belakangnya   untuk membantu  belajar  satu  sama  lainnya  sebagai  sebuah  tim.  Semua anggota   kelompok   saling   membantu   anggota   yang   lain   dalam kelompok yang sama dan  bergantung satu sama lain untuk mencapai keberhasilan kelompok dalam belajar.
Menurut Lie (1999), pembelajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat bagi siswa. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:
1.        siswa dapat meningkatkan kemampuan bekerja sama,
2.        siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan,
3.        partisipasi siswa dalam proses pembelajaran,
4.        mengurangi kecemasan siswa,
5.        menngkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif, dan
6.        meningkatkan prestasi akademis siswa.

Pada pembelajaran kooperatif dapat dilihat langkah-langkah model pembelajaran kooperatif (Suharto, dkk, 2006:78) pada tabel I.
Tabel 2.1
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
NO
FASE
PERAN GURU
1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar
4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok belajar
5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar dan mempresentasikan hasil kerjanya
6
Memberi penghargaan
Guru memberi penghargaan untuk upaya hasil belajar individu dan kelompok

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran  kooperatif dalah menyangkut teknik pengelompokan dengan membentuk kelompok-kelompok  kecil  yang  anggotanya  heterogen  untuk  bekerja secara terarah sebagai sebuah tim  dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.
1.      Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajran kooperatif adalah sekelompok strategi mengajar di mana di dalamnya melibatkan siswa untuk bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tercipta saat para pakar pendidikan berusaha meningkatkan partisipasi siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengenal kepemimpinan dalam kelompok, dan pengalaman membuat keputusan secara bersama, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan saling belajar dalam perbedaan latar belakang baik sosial, ekonomi,  kultural, gender, maupun kemampuan. (http://penelitian  tindakankelas. blogspot.com)
Di dalam sebuah pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar untuk bekerja dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang mana hal ini akan membuat mereka bisa mengembangkan keterampilan sosial sebagaimana yang terjadi di dunia nyata.
Menurut Muslimin  Ibrahim,  dkk  (2000:7-10) terdapat  tiga  tujuan instruksional penting  yang dapat dicapai     dengan                              pembelajaran kooperatif yaitu  hasil belajar  akademik,  penerimaan terhadap keragaman, pengembangan keterampilan sosial.
a.       Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya,  kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari bebagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada  tugas-tugas  akademik  dan  melalui   struktur  penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain (Ibrahim,2000:9)
b.   Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran       koperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.  Keterampilan-keterampilan  sosial,  penting  dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial (Ibrahim, 2007:9).
2.      Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Agar  pembelajaran  secara  kooperatif  atau  kerja  kelompok  dapat mencapai   hasil  yang  baik  maka  diperlukan  unsur-unsur  sebagai berikut:
a.    Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan mereka “sehidup sepenanggungan”.
b.    Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.
c.    Siswa harus melihat bahwa semua anggota kelompoknya mempunyai tujuan yang sama.
d.   Siswa harus membagi tugas dan tanggungjawab yang sama pada semua anggota kelompok.
e.    Siswa akan dikenakan evaluasi atau akan diberikan hadiah/penghargaan  yang  juga  akan  dikenakan  untuk  semua anggota kelompok.
f.     Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
g.     Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama. (Ibrahim, 2000:6)
3.      Landasan Teori Pembelajaran Kooperatif
            Perkembangn model pembelajaran kooperatif pada masa kini dapat dilacak dari karya para ahli psikologi pendidikan dan teori belajar pada awal abad ke-20, diantaranya :
a.       John Dewey, Herbert Thelan, dan Kelas Demokratis
John Dewey  menetapkan  sebuah  konsep  pendidikan  yang menyatakan bahwa kelas seharusnya cermin masyarakat yang lebih besar  dan  berfungsi  sebagai  laboratorium  untuk  belajar  tentang kehidupan nyata. Dewey mengharuskan guru menciptakan di dalam  lingkungan  belajarnya suatu sistem sosial yang  bercirikan  dengan  prosedur  demokrasi  dan  proses  ilmiah. Seperti   halnya   Dewey,   Thelan   berargumentasi   bahwa   kelas haruslah merupakan laboratorium atau miniatur  demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi. (Ibrahim, 2000:12)
b.      Gordon Allport dan Relasi Antar Kelompok
Ahli sosiologi Gordon Allport mengingatkan bahwa hukum saja  tidak   akan  mengurangi  kecurigaan  antar  kelompok  dan mendatangkan   penerimaan  serta  pemahaman  yang  lebih  baik. Gordon merumuskan 3  kondisi dasar untuk mencegah terjadinya kecurigaan antar ras dan etnik, yaitu: a) kontak langsung antar etnik, b)  sama-sama berperan serta di dalam kondisi status yang sama antara anggota  dari berbagai kelompok dalam suatu setting tertentu, c) setting secara resmi  mendapat persetujuan kerjasama antar etnik.
c.       Belajar Berdasakan Pengalaman
Johnson & Johnson seorang pencetus teori-teori unggul tentang pembelajaran kooperatif menyatakan bahwa belajar berdasarkan pengalaman didasarkan atas tiga asumsi:
1)   Bahwa belajar paling baik jika secara pribadi terlibat dalam pengalaman belajar itu.
2)   Bahwa pengetahuan harus ditemukan sendiri apa bila pengetahuan itu hendak dijadikan pengetahuan yang bermakna atau membuat suatu perbedaan tingkah laku.
3)   Bahwa komitmen terhadap belajar paling tinggi apabila anda bebas menetapkan tujuan pembelajaran sendiri dan secara aktif mempelajari tujuan itu dalam suatu kerangka tertentu. (Ibrahim, 2000:15)
4.        Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan akademik
Satu aspek penting pembelajaran kooperatif ialah bahwa disamping  pembelajaran  kooperatif  membantu  mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, pembelajaran kooperatif secara bersamaan membantu siswa dalam bidang  akademis mereka. Setelah menelaah sejumlah penelitian, Slavin (Muslimin ,  2000:16) mengatakan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar  akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
5.      Tipe pembelajaran koopertif
a.    Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

Model NHT merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri atas empat tahap yang digunakan untuk mereview fakta-fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi siswa. Model pembelajaran ini juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang tingkat kesulitannya terbatas.
Struktur NHT sering disebut berpikir secara kelompok. NHT digunakan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. NHT sebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Adapun ciri khas dari NHT adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Menurut Muhammad Nur (2005:78), dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Selain itu model pembelajaran NHT memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. Siswa akan berusaha memahami konsep-konsep ataupun memecahkan permasalahan yang disajikan oleh guru seperti yang diungkapkan oleh Ibrahim, dkk (2000:7) bahwa dengan belajar kooperatif akan memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik penting lainnya serta akan memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademis.

b.    Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournaments (TGT)


TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing – masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan  bersama – sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam    meja – meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing – masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor – skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (geams), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok ( team recognition)
c.  Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams Achievement Divisions)
STAD (Student Teams Achievement Divisions) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal dan teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi , sedang, dan rendah. Anggota kelompok menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui guru, kuis, satu sama lain atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan setiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi seberapa jauh skor itu melampui rata-rata skor yang lalu.
Menurut Slavin (1995). Penerapan metode STAD terdiri dari siklus pembelajaran yang membawa siswa pada suasana kerja sama yang diharapkan. Siklus tersebut meliputi:
                     · Mengajar : Menyajikan pembelajaran
            · Belajar dalam kelompok : siswa bekerja dalam kelompok dengna dipandu oleh lembar kegiatan untuk menuntaskan materi pelajaran bersam anggota kelompok lainnya.
                     · Tes : siswa mengerjakan kuis atau tugas secara individu
            · Penghargaan kelompok : skor kelompok dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota kelompok.
Dengan melaksanakan hal tersebut, maka akan terjadi kegiatan belajar mengajar sesuai yang diharapkan. Siswa dan guru mendapatkan kemudahan untuk memahami materi pelajaran dan mampu menuntaskan pelajaran.
6.      Kooperatif Tipe Jigsaw
    Ibrahim (2001:21) dalam penerapan  jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar heterogen. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari, menguasai bagian tertentu bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada anggota kelompoknya. Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para anggota dari kelompok lain yang bertugas mendapat topic yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Kemudian anggota tim ahli kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajarinya dan didiskusikan didalam klompok ahlinya untuk diajarkan kepada teman kelompoknya sendiri.
Jigsaw adalah suatu struktur multifungsi struktur kerjasama belajar. Jigsaw dapat digunakan dalam beberapa hal untuk mencapai berbagai tujuan tetapi terutama digunakan untuk persentasi dan mendapatkan materi baru, struktur ini menciptakan saling ketergantungan. Dari di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif teknik jigsaw adalah suatu metode pembelajaran yang didasarkan pada bentuk struktur multifungsi kelompok belajar yang dapat digunakan pada semua pokok bahasan dan semua tingkatan untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan setiap anggota kelompok, teknik jigsaw terdiri dari dua bentuk diskusi yaitu diskusi kelompok ahli dan diskusi kelompok asal sehingga dalam metode pembelajaran ini tergantung pada dan belajar dari orang lain dan menciptakan saling ketergantungan bagi tiap anggota kelompok.
Teknik jigsaw digunakan untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan yang diperlukan untuk menggolongkan aktivitas yaitu mendengarkan, menyampaikan, kerjasama, refleksi dan keterampilan memecahkan masalah. Metode jigsaw adalah suatu metode kerja kelompok untuk belajar dan partisipasi dalam kelompok, dengan kegiatan sebagai berikut:
1.      Listening (mendengarkan), siswa aktif mendengarkan dalam materi yang dipelajari dan mampu memberi pengajaran pada kelompok aslinya.
2.      Speaking-student (berkata), akan menjadikan siswa bertanggung jawab menerima pengetahuan dari kelompok baru dan menyampaikannya kepada pendengar baru dari kelompok aslinya.
3.      Kerjasama setiap anggota dari tiap kelompok bertanggung jawab untuk sukses dari yang lain dalam kelompok.
4.      Refleksi pemikiran dengan berhasil melengkapi, menyelesaikan kegiatan dalam kelompok yang asli, harus ada pemikiran reflektif yang menerangkan tentang yang dipelajari dalam kelompok ahli.
5.      Berfikir kreatif, setiap kelompok harus memikirkan penyelesaian yang baru dalam mengajarkan dan mempresentasikan materi.
a.      Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Jigsaw
Dengan teknik jigsaw ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan komunikasi.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Kunci tipe jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan infomasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan tugas dengan baik.
Menurut Elliot Aronson pelaksanaan kelas jigsaw, meliputi 10 tahap yaitu:
a.       Membagi siswa ke dalam kelompok jigsaw dengan jumlah 5-6 orang.
b.      Menugaskan satu orang siswa dari masing-masing kelompok sebagai pemimpin, umumnya siswa yang dewasa dalam kelompok itu.
c.       Membagi pelajaran yang akan dibahas ke dalam 5-6 segmen.
d.      Menugaskan tiap siswa untuk mempelajari satu segmen dan untuk menguasai segmen mereka sendiri.
e.       Memberi kesempatan kepada para siswa itu untuk membaca secepatnya segmen mereka sedikitnya dua kali agar mereka terbiasa dan tidak ada waktu untuk menghafal.
f.       Bentuklah kelompok ahli dengan satu orang dari masing-masing kelompok jigsaw bergabung dengan siswa lain yang memiliki segmen yang sama untuk mendiskusikan poin-poin yang utama dari segmen mereka dan berlatih presentasi kepada kelompok jigsaw mereka.
g.      Setiap siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok jigsaw mereka.
h.      Mintalah masing-masing siswa untuk menyampaikan segmen yang dipelajarinya kepada kelompoknya, dan memberi kesempatan kepada siswasiswayang lain untuk bertanya.
i.        Guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lainnya, mengamati proses itu. Bila ada siswa yang mengganggu segera dibuat intervensi yang sesuai oleh pemimpin kelompok yang di tugaskan.
j.        Pada akhir bagian beri ujian atas materi sehingga siswa tahu bahwa pada bagian ini bukan hanya game tapi benar-benar menghitung.
Dari uraian diatas secara sederhana tahapan langkah pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw dapat dideskripsikan pada tabel II sebagai berikut :

Tabel 2.2
Tahapan-tahapan Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw
Tahapan
Kegiatan
Keterangan
Pertama
Membentuk kelompok Besar yang  heterogen
Guru membagi siswa dalam kelompok yang
berjumlah 5-6 orang disebut kelompok asal
Kedua
Membagikan tugas
Materi membentuk ahli
Membagi tugas materi yang berbeda pada tiap  siswa dalam tiap kelompok
Ketiga
Diskusi kelompok ahli
Siswa berdiskusi dalam kelompok berdasarkan kesamaan materi yang diberikan pada masingmasing siswa
Keempat
Diskusi kelompok
besar/asal
Siswa berdiskusi kembali dalam kelompok
asalnya masing-masing berdasarkan ketentuan guru
Kelima
Pemberian kuis
individu semua materi
Guru melakukan penilaian untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar siswa mengenai seluruh pembahasan
keenam
Pemberian
penghargaan
Memberikan penghargaan kepada kelompok
dan siswa berprestasi

Pada pembelajaran koopertif tipe jigsaw, kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli, kelompok ahli merupakan kelompok siswa yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian menjelaskan kepada anggota kelompok asalnya. Untuk lebih jelas hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut:
Kelompok Asal
 




 
Text Box: Kelompok
Ahli  1 Text Box: Kelompok 
Ahli  2 Text Box: Kelompok 
Ahli  3 Text Box: Kelompok Ahli  4
 



Bagan 2.1 . Ilustrasi Kelompok Jigsaw

b.      Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw
Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, langkah-langkah pokok yang dilakukan adalah: pembagian tugas, pemberian lembar ahli, mengadakan diskusi dan mengadakan kuis adapun rencana pembelajaran kooperatif jigsaw diatur secara intruksional sebagai berikut:
1.      Siswa diberi kuis pretes sebelum dilakukan diskusi untuk membahas materi yang akan diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
2.      Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil, dan di dalamnya dibagi menjadi kelompok ahli yang berdasarkan pada materi yang diberikan pada tiap siswa dalam kelompok
3.      Siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi.
4.      Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut.
5.      Diskusi kelompok: ahli kembali kekelompok asalnya untuk menjelaskan pada kelompoknya.
6.      Siswa memperoleh kuis (postes) individu yang mencakup semua topik.
7.      Penghitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.

Tidak ada komentar: